Pada tahun 1937, muncullah komentar yang lain menimpa teknologi. Komentar ini dicetuskan oleh seseorang sosiolog yang berasal dari Amerika, bernama Read Bain. Bain( 1937) berkata kalau teknologi pada dasarnya meliputi seluruh perlengkapan, mesin, perkakas, aparat, senjata, perumahan, baju, peranti pengangkut serta komunikasi, serta pula keahlian, dimana perihal ini membolehkan kita bagaikan seseorang manusia bisa menciptakan seluruh itu.
Bersumber pada komentar Bain tersebut, hingga bisa kita simpilkan kalau tekhnologoi ialah seluruh suatu yang bisa diciptakan oleh siapapun yang mempunyai keahlian dalam bidangnya, guna berikan kemudahan pada kegiatan seluruh manusia.
Bagi Soemitro( 1990), teknologi ialah usaha manusia dalam mempergunakan seluruh dorongan raga ataupun jasa- jasa yang bisa memperbesar produktivitas manusia lewat uraian yang lebih baik, menyesuaikan diri serta kontrol, terhadap lingkungannya. Teknologi ialah pelaksanaan. Oleh sebab itu, teknologi berbeda dalam ukuran ruang serta waktu.
Harahap pula menarangkan kalau pemakaian kata teknologi pada dasarnya mengacu pada suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang metode kerja di dalam bidang metode, dan mengacu pula pada ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik ataupun industry tertentu. Definisi ini pasti saja sangat mengacu pada definisi instan dari teknologi, yang banyak ditemui pada pabrik- pabrik serta pula industry tertentu.( Poerbahawadja Harahap. 2001)
Komentar yang lain menimpa penafsiran teknologi diungkapkan oleh Miarso( 2007) yang mengatakan kalau“ teknologi ialah sesuatu wujud proses yang tingkatkan nilai tambah”. Proses yang berjalan tersebut bisa memakai ataupun menciptakan produk tertentu, dimana produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang sudah terdapat. Lebih lanjut disebutkan pula kalau teknologi ialah sesuatu bagian dari suatu integral yang ada di dalam sesuatu sistem tertentu.
Dari sebagian definisi IPTEK diatas, penulis merumuskan kalau Ilmu serta Pengetahuan Teknologi itu ialah suatu tata cara instan yang diciptakan oleh manusia serta bisa digunakan buat menghasilkan suatu yang bermanfaat serta dapat digunakan secara kesekian kali. Pemakaian IPTEK sendiri, digolongan anak muda sangat naik peringkat, baik teknologi data, mesin serta industri, ataupun teknologi pc. Perihal ini sangat mengacu pada pengaruh pertumbuhan negeri. Departemen Komunikasi serta Informatika melaporkan, pengguna internet di Indonesia sampai dikala ini sudah menggapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia terletak pada peringkat ke- 8 di dunia.( Kemkominfo RI) Dari jumlah pengguna internet tersebut, 80 persen di antara lain merupakan anak muda berumur 15- 19 tahun. Buat pengguna facebook, Indonesia di peringkat ke- 4 besar dunia. Pertumbuhan teknologi dikala ini bagaikan 2 mata pisau yang butuh memperoleh atensi spesial dari seluruh elemen.
Seluruh kasus tersebut, wajib menemukan penindakan sungguh- sungguh supaya akibat negatif dari internet bisa diminimalkan. Tidak dapat dipungkiri kalau di balik khasiat internet, pula memunculkan banyak mudarat serta akibat yang mengkhawatirkan. Bengan terus menjadi berkembangannya IPTEK itu sendiri, sehingga memunculkan dampak negatif serta positif, semacam:
BACA Pula 5 dosen FAI Lolos Usulan Riset DIKTI
Sisi negatif:
Bisa mengganggu moral, dimana Internet jadi media IPTEK yang bisa pengaruhi moral dari seorang. Semacam halnya konten yang berbau negatif serta yang yang lain.
Bisa memunculkan polusi. Pertumbuhan IPTEK yang terus menjadi pesat serta banyak dimanfaatkan. Hendak namun disamping itu banyak sekali polusi pencemaran yang dihasilkan dari pertumbuhan IPTEK itu sendiri.
Bisa membuat orang terus menjadi malas, sebab IPTEK mempunyai tujuan buat memudahkan& memanjakan manusia. Jadi manusia hendak terus menjadi malas karena telah terdapat teknologi yang bisa mengambil alih dirinya bekerja.
Serta sisi positifnya semacam:
Bisa meringankan bermacam permasalahan yang dialami oleh manusia.
Bisa membuat seluruh sesuatunya jadi lebih kilat serta gampang.
Bisa kurangi konsumsi bahan- bahan natural yang terus menjadi kesini terus menjadi sangat jarang.
IPTEK pula bawa manusia kearah lebih maju serta moder
Bila kita baca informasi yang aku kutip diatas kalau moral ataupun sikap warga dalam pemakaian IPTEK ini masih sedikit pada guna IPTEK itu sendiri, mereka lebih banyak memakainya pada pemakaian media sosial, semacam whatshap, facebook, instagram, dst. Nampak dari pemakaian internet saja, warga lebih mengutamakan pada pemakaian media sosial ataupun web youtube yang terlarang daripada memakai buat belajar serta menaikkan pengetahuan.
Dengan demikian, terus menjadi majunya tekhnologi hendak sangat berakibat pada pergantian kebudayaan, akibat tersebut antara lain merupakan:
Pergantian sosial budaya
Ialah berubahnya struktur sosial serta pola budaya dalam sesuatu warga. Perihal ini ialah indikasi universal yang terjalin sejauh masa pada tiap warga, yang terjalin atas karena hakikat serta watak dasar manusia itu sendiri yang senantiasa mau mengadakan pergantian. Bersamaan dengan kemajuan tekhnologi, suatu budaya hendak bisa terbawa- bawa serta pada kesimpulannya hendak terjalin pergantian budaya.
Penetrasi kebudayaan
Artinya merupakan masuknya pengaruh sesuatu kebudayaan ke kebudayaan yang yang lain. Dengan pesatnya pertumbuhan tekhnologi, hingga sangat tidak susah buat mengadakan pergantian kebudayaan warga dari yang satu kepada kebudayaan yang yang lain.
Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, tekhnologi akhir akhir ini sudah jadi anak kandung“ kebudayaan barat”, serta ini berarti kalau, penolakan maupun penerimaan kebudayaan kebudayaan, wajib betul betul difilter oleh siapa yang menerima kebudayaan tersebut, sebab bila tidak, perihal ini hendak merubah apalagi mengganggu moral bangsa( Harian Ikatan Kebudayaan dengan IPTEK. Darnah Andi Nohe 2016).
Gimana sepatutnya kita hidup dengan moral?
Kita lagi membicarakan permasalahan yang tidak kecil, ialah bagaimna sepatutnya kita hidup( meminjam dari kata kata Sokrates) secara bermoral, kenapa tidak? Perihal ini memanglah telah lazimnya untuk manusia buat menguasai tentang gimana kita hidup berlagak secara bermoral, karena manusia tidak lain merupakan bagaikan makhluk sosial, jadi wajib mempunyai pengetahuan tentang konsepsi moralitas, serta kenapa demikian. Hingga hendak sangat bermanfaat jikalau kita bisa mengawalinya dengan suatu devinisi yang simpel serta tidak kontroversial menimpa moralitas.
BACA Pula Kunjungan Dosen FAI ke Rumah Pak Rusman
Watak moral yang dianjurkan di sekolah sekolah, serta kita bagaikan manusia yang sepatutnya mempunyai moral bila kita mau dihormati oleh orang lain. Moral ialah perlengkapan ukur secara universal dalam memastikan tingkah laku seorang dalam bermasyarakat. Moral berdialog tentang sesuatu aksi, sikap, perkataan seorang dalam interaksinya dengan sesama manusia.
Pada dasarnya, moral merupakan turunan dari produk budaya serta agama, serta tiap budaya mempunyai standart moral yang bermacam- macam cocok dengan sistem nilai yang sudah berlaku serta sudah terbangun lama dalam warga tersebut. Bila orang tersebut melakukannnya cocok dengan nilai rasa tanggung jawab yang berlaku di msyarakat, serta bisa diterima di warga, hingga orang tersebut dikira mempunyai moral yang baik.
Bagi Hurlock( 1990), moral merupakan sopan santun, kerutinan, adat istiadat serta ketentuan sikap yang sudah jadi kerutinan untuk anggota sesuatu budaya. Definisi ini berikan stimulus untuk kita supaya bisa membaca gimana keadaan moral bangsa Indonesia dikala ini dalam tanggung jawab pemakaian IPTEK.
Gagasan tentang kemajuan moral pantas diragukan kemungkinannya, umumnya kita berpikir kalau sangat tidak beberapa pergantian dalam warga kita menuju pada yang lebih baik. Dulu di masa saat sebelum terdapatnya gerakan emansipasi perempuan peran wanita dalam warga dibatasi dengan amat ketat. Mereka tidak boleh memiliki kepunyaan sendiri mereka tidak boleh memilah ataupun memegang jabatan politik, dengan sedikit pengecualian, merekapun tidak diperbolehkan memegang jabatan dengan pendapatan serta pada biasanya mereka terdapat dibawah kontrol absolut dari suami mereka( Filsafat Moral. James Rachels. 2003), serta baru akhir akhir ini pasca terdapatnya gerakan emansipasi perempuan yang dipelopori oleh kartini perempuan mempunyai kebebasan yang kenyataannya terbalik dari statment aku diatas.
Tetapi dengan terdapatnya IPTEK yang berakibat pada kebebasan dalam bertingkah laku ini bukan berarti moral bangsa ini terus menjadi membaik, kenyataannya kalangan laki laki serta wanita mulai menampilkan kebebasannya dalam bermoral, apalagi yang lebih miris lagi, emansipasi perempuan telah mulai melonjak sampai melampai batasan, sehingga menjadikan dunia ini terbalik. Yang mana seakan olah lelaki tidak ditatap bagaikan seseorang pemimpin lagi, ataupun pemberi nafkah dalam keluarga, hendak namun perempuan lebih dominan karirnya lebih besar daripada perempuan, perihal ini berakibat pada pergantian moral dan budaya bangsa yang terbangun semenjak lama.
BACA Pula MENGHARGAI DIRI, MENGHARGAI PENCIPTANYA
Perihal lain yang jadi bomerang dalam menjawab pengembangan IPTEK yang berakibat pada moralitas bangsa ini merupakan kondisi tingkah laku anak muda yang terus menjadi menyakitkan, mereka lebih suka jadi generasi penikmat ataupun konsumen dalam kehidupannya daripada membuat sesuatu temuan temuan yang itu berguna untuk warga. IPTEK yang tumbuh di Indonesia dikala ini merupakan adopsi dari barat, serta kesimpulannya kita dibodohi oleh mereka yang mau memahami negeri ini.
Tingkah laku anak muda dikala ini lebih memilah pada kenikmatan sesaat, bukan buat masa depannya, Smart Phone, media sosial, internet sudah menghipnotis mereka sehingga berakibat pada kehancuran moral, yang menyebabkan terdapatnya pergaulan leluasa, penyalah gunaan narkoba, serta beberapa kriminalitas yang lain yang sudah membusuk di negeri tercinta ini.
Buat itu, diperlukan kedudukan daripada pemerintah, pendidik, ataupun orang tua yang mempunyai tugas dalam mendidik anak demi mewujudkan generasi yang berbobot serta berdaya saing. Kebijakan– kebijakan yang menyangkut pada pembelajaran kepribadian anak ataupun anak muda wajib terbuat demi kecerdasan negeri ini.
Pemerintah berhak mengendalikan dalam peraturan perundang undangan yang sejalan dengan tujuan pembelajaran pembuatan bangsa, begitu pula seseorang pendidik, mereka berhak membuat pengembangan pengembangan kurikulum guna terjadinya kebijakan kebijakan yang mana dapat memusatkan anak pada perihal yang lebih positif, sehingga anak disibukkan dengan aktivitas aktivitas yang positif pula, sebaliknya orang tua mempunyai tanggung jawab buat mengendalikan dan memusatkan pertumbuhan pengetahuan anak supaya tidak kebablasan.
Perihal ini dapat berjalan dengan optimal apabila terdapat garis horizontal ataupun garis komunikasi yang menghubungkan antara pemerintah, pendidik, ataupun orang tua guna mewujudkan tujuan pembelajaran negeri dan mencerdaskan kehidupan bangsa.